Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jumlah Ismiyah: Kalimat Nominal dalam Bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki dua bentuk pola klausa/kalimat, yaitu jumlah fi'liyah dan jumlah ismiyah. Artinya sebuah klausa atau kalimat dalam bahasa Arab bisa berupa jumlah fi'liyah atau jumlah ismiyah. Jumlah fi'liyah adalah kalimat yang tersusun dari fi'il, fa'il dan maf'ul bih. Sedangkan jumlah ismiyah adalah kalimat yang tersusun dari mubtada dan khabar. ِAda juga yang mendefinisikan jimlah fi'liyah sebagai jumlah yang diawali fi'il, sedangkan jumlah ismiyah adalah jumlah yang diawali isim. Kali ini kita akan membahas mengenai jumlah ismiyah.

Jumlah Ismiyah: Kalimat Nominal dalam Bahasa Arab


Jumlah ismiyah biasa diartikan sebagai klausa nominal atau kalimat nominal. Susunan kalimat nominal dalam bahasa Arab terdiri dari mubtada dan khabar.

Mubtada adalah isim yang dibaca rofa' yang berada di awal kalimat, sedangkan khabar adalah isim yang dibaca rofa' yang jatuh setelah mubtada'.

جملة اسمية:

مبتداء + خبر

Contoh jumlah ismiyah:

زَيْدٌ قَائِمٌ
Zaid berdiri



الطالبُ مَاهِرٌ
Siswa itu pandai



الفَلَّاحُ فِي المَزْرَعَةِ
Petani itu ada di sawah



هِيَ جَمِيْلَةٌ 
Dia cantik





Lafaz زَيْدٌ adalah mubtada sedangkan lafaz قَائِمٌ adalah khabarnya.



Dalam keadaan tertentu, mubtada boleh diakhirkan dan khabarnya boleh didahulukan.

Mubtada yang diakhirkan disebut mubtada muakhkhar dan khabar yang didahulukan disebut khabar muqaddam. Contoh:
فِي المَزْرَعَةِ الفَلَّاح
Di sawah ada petani
فِي المَزْرَعَةِ adalah khabar muqaddam sedangkan الفَلَّاح adalah mubtada muakhkhar.


Demikianlah pembahasan mengenai jumlah ismiyah atau kalimat nominal dalam bahasa Arab. Jadi jumlah ismiyah adalah kalimat yang tersusun atas mubtada dan khabar. Mubtada berada di depan kalimat sedangkan khabar berada setelah mubtada. Kecuali dalam keadaan tertentu maka khabar boleh didahulukan dan mubtadanya diakhirkan.

Posting Komentar untuk "Jumlah Ismiyah: Kalimat Nominal dalam Bahasa Arab"